cukup sekali
cukup sekali
Ternyata lucu kalau diingat. Sesiapa pernah jadi orang paling pantas dikasihani, karena sudah cukup terlihat menderita dari bagaimana berseraknya sampah-sampah bekas makanan yang belum sempat dibuang, gumpalan tisu bekas pakai yang teronggok begitu saja, tergeletak makanan sisa karena nafsu makan sudah tersedot habis, kabel earphone yang amburadul habis lembur karena tersambung dengan lagu galau 24/7, alat tempur perempuan pagi dan malam yang beberapa hari tak tersentuh, kain seprai sudah tak berbentuk lagi tata letaknya, belum saja dia menghadap ke cermin di depan sana sebab terlalu malas untuk bangkit dari ranjang. Pastilah akan muncul sesosok nenek lampir menyeramkan dari sana.
Satu-satunya situasi yang tidak disarankan jika harus terulang lagi. Terlebih bila sudah melakukan segala hal yang terbaik untuk seseorang, tapi yang dimohon untuk tetap di sini sudah enggan tinggal. Kasihan. Katanya tidak banyak manusia yang mau menetap di hidupnya. Jadi ia banyak berharap pada mereka. Walau selalu berakhir dicampakkan.
Selalu begitu.
Merasa hidup yang dia jalani sudah terlalu kejam. Tapi bagaimana pun dia harus menjalani kekejaman itu dengan terbiasa. Hajar saja. Maju kalian semua yang mau menyakiti.
Karena aku akan memeranginya satu persatu.
Tapi tidak dengan air mata lagi. Cukup sekali.
Komentar
Posting Komentar